Selamat Datang di Guitar Laboratory

Kursus Privat Gitar Elektrik Langsung Bersama Doni Riwayanto, S.Sn di Yogyakarta

Hubungi: doni_riwayanto@yahoo.co.id

atau in box ke account facebook doni riwayanto

Doni Riwayanto adalah seorang instruktur gitar elektrik yang telah berpengalaman lebih dari 7 tahun mencetak gitaris-gitaris muda handal.

Selain sebagai instruktur gitar juga aktif menulis buku, artikel, maupun sillabus pengajaran musik.

Beberapa buku telah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Salah satu bukunya merupakan best seller buku musik di Gramedia Pustaka Utama. Berjudul “Gitar Elektrik - Teknik Dasar dan Aplikasi” serta “Mainkan Lead Guitar - Manuver-manuver aplikatif dalam permainan lead guitar elektric”.

Mendapatkan gelar Sarjana Seni Musik dari Institut Seni Indonesia dengan tugas akhir berjudul "ANALISIS MUSIKOLOGIS FENOMENA POLYCHORDAL DALAM POLA PENEMPATAN ARPEGGIO SEPTIM TERHADAP AKOR-AKOR SUPERIMPOSE (Sebuah Studi Improvisasi Jazz Untuk Instrumen Gitar).





28 April 2009

Sampah

Sampah... dicaci - dicinta
oleh doni riwayanto



Manusia adalah mahluk paling produktif dalam menghasilkan sampah. Mulai dari sampah rumah tangga, sampah industri, sampah karya, sampai sampah masyarakat. Namun ironisnya, manusia tidak akan pernah bisa hidup tanpa sampah.



Sampah adalah bagian dari aktifitas hidup manusi. Sampah lebih dari sekedar ampas sesuatu.. tapi telah menjelma menjadi sesuatu itu sendiri...

Sampah kini telah menjadi daya hidup manusia...
Kita tentu tahu itu... sampah rumah tangga banyak dikorek oleh pemulung... dan menjelma menjadi sesuap nasi ataupun selembar seragam sekolah...

Kita juga tahu... dunia yang begitu gemerlap ini tidak akan pernah ada tanpa sampah industri... mulai dari sampah sisa hasil produksi sampai sisa pembakaran yang telah melobangi atap pelindung rumah kita... yang menjadikan rumah ini begitu gerahnya...

Sampah karya...? Ya.... yang ini justru telah menjadi ujung tombak industri hiburan itu sendiri... sampah itu telah menjadi barang konsumsi yang telah dirindu jutaan konsumen yang ingin segera bergembira ria menceburkan diri ke dalam sampah tersebut...

Dan kemudian pada waktunya.. sampah itu berubah menjadi nilai tukar yang tak alang-kepalang banyaknya bagi berbagai pihak yang terlibat didalamnya... Kreator... manager... publisher... sampai kuli-kuli yang mengorek remah-remah yang memang jauh lebih besar dari yang didapat oleh pengorek sampah rumah tangga... Ironisnya... sampah ini dipuja selayaknya benda berharga... sementara benda berharga yang sesungguhnya cuma terpajang di pojok etalase... kotor berdebu...
Sampah masyarakat?
aduh... yang ini cukup sensitif... kata sampah itu sendiri masih bisa diperdebatkan... "Benarkah si sampah masyarakat ini memang sampah dibandingkan dengan yang dianggap bukan sampah?"
... pembunuh... psk... vs... wakil rakyat... borokrat....
mana yang lebih sampah?
ah... aku tak akan membahasnya lebih lanjut...

tapi bercermin dari sampah-sampah sebelumnya... sungguh sampah-sampah tersebut memang penggerak hidup manusia... oooh... samapah.... bagaimana aku mesti memperlakukanmu? membuangmu? setelah kami meraup manfaat darimu? (meskipun sesungguhnya pada kenyataannya kita tidak pernah membuang sampah... tetapi cuma memindahkan tempatnya saja)

No comments: