Selamat Datang di Guitar Laboratory

Kursus Privat Gitar Elektrik Langsung Bersama Doni Riwayanto, S.Sn di Yogyakarta

Hubungi: doni_riwayanto@yahoo.co.id

atau in box ke account facebook doni riwayanto

Doni Riwayanto adalah seorang instruktur gitar elektrik yang telah berpengalaman lebih dari 7 tahun mencetak gitaris-gitaris muda handal.

Selain sebagai instruktur gitar juga aktif menulis buku, artikel, maupun sillabus pengajaran musik.

Beberapa buku telah diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Salah satu bukunya merupakan best seller buku musik di Gramedia Pustaka Utama. Berjudul “Gitar Elektrik - Teknik Dasar dan Aplikasi” serta “Mainkan Lead Guitar - Manuver-manuver aplikatif dalam permainan lead guitar elektric”.

Mendapatkan gelar Sarjana Seni Musik dari Institut Seni Indonesia dengan tugas akhir berjudul "ANALISIS MUSIKOLOGIS FENOMENA POLYCHORDAL DALAM POLA PENEMPATAN ARPEGGIO SEPTIM TERHADAP AKOR-AKOR SUPERIMPOSE (Sebuah Studi Improvisasi Jazz Untuk Instrumen Gitar).





21 December 2008

Meninjau Harmoni Musik Dari Kaca Mata Sains

oleh doni riwayanto


Kepekaan manusia merasakan harmoni nada-nada dalam alunan musik, sungguh merupakan keunggulan cita rasa manusia atas akalnya.

Ketika dalam sebuah komposisi musik anda mendengar sebuah suara yang dissonance (kita sering menyebutnya sebagai “fales”), anda dengan sendirinya akan merasakan sebuah rasa tidak nyaman. Hal ini terjadi karena manusia (yang peka nada) dapat menangkap tegangan frekuensi antar nada. Nada-nada yang harmonis secara matematis memiliki keteraturan numeral yang sungguh mengagumkan.



Ambil contoh sebuah akor C mayor

Akor C mayor sesungguhnya adalah gabungan dari beberapa nada yang dibunyikan secara bersama dan terdengar harmonis.

Nada-nada tersebut adalah: nada C, nada E, dan nada G

Nah disinilah pertanyaannya:

“Mengapa nada C, nada E, dan nada G akan terdengar harmonis jika dibunyikan secara bersamaan?”



Ini dia jawaban matematisnya:

Kurang lebih 2500 tahun yang lalu, Pak Dhe Phytagoras (560-475 SM) melakukan sebuah percobaan dengan menggunakan sebuah senar.

Sebuah senar dengan panjang tertentu, jika digetarkan angan menghasilkan sebuah nada dengan frekuensi tertentu. Pak Dhe Phyt menyebutnya sebagai nada dasar (katakanlah nada itu adalah nada C).

Kemudian panjang senar dibagi menjadi 2. Ternyata menghasilkan nada C (satu oktaf di atas C dasar).

Kemudian panjang senar dibagi menjadi 3. Ternyata menghasilkan nada G (di atas C oktaf tadi).

Kemudian panjang senar dibagi menjadi 4. Ternyata menghasilkan nada C (dua oktaf di atas C dasar).

Kemudian panjang senar dibagi menjadi 5. Ternyata menghasilkan nada E (dua oktaf di atas C dasar).



Masih ingat nada penyusun akor C mayor tadi?

Ya… C – E – G

Nada tersebut adalah hasil dari pembagian angka ganjil (3 dan 5).

Sementara pembagian dengan angka genap (2 dan 4) menghasil nada yang sama hanya saja lebih tinggi.



Kemudian ketika frekuensi nada-nada tersebut diukur maka hasilnya adalah sebagai berikut:

Nada C memiliki frekuensi 264 Hz

Nada D memiliki frekuensi 297 Hz

Nada E memiliki frekuensi 330 Hz

Nada F memiliki frekuensi 352 Hz

Nada G memiliki frekuensi 396 Hz

Nada A memiliki frekuensi 440 Hz

Nada B memiliki frekuensi 495 Hz

Nada C’ memiliki frekuensi 528 Hz



Sekali lagi…

Masih ingat nada penyusun akor C mayor tadi?

Ya… C – E – G

Frekuensinya adalah 264 Hz – 330 Hz – 396 Hz

Masing-masing dipisahkan dengan angka 66
Dalam skala perbandingan nada C : E : G adalah 24 : 30 : 36
ketiganya merupakan kelipatan 6

Sementara nada yang sama namun lebih tinggi, memiliki frekuensi dua kali lipat.

Nada C= 264 Hz

Dan nada C oktaf= 528 Hz